Pengertian Calonarang Teater Tradisional Bali Terlengkap

Pengertian Teater Tradisional Calonarang. Teater Calonarang diduga muncul pada tahun 1825 pada zaman kerajaan Klungkung. Teater ini memiliki perpaduan dari 3 unsur penting yakni, Bebarongan, Rangda, Celuluk, Condong, Putri, Patih Manis, Patih Keras, Palegongan yang di wakili oleh sisiya-sisiya (murid-murid). 

Bentuk-bentuk seni pertunjukan yang ada ketika itu biasa dilakukan dekat kuburan (Pura Dalem) dan arena pementasannya selalu dilengkapi dengan sebuah balai tinggi (trajangan atau tingga) dan pohon pepaya. Kemudian beberapa penari perlu mendapat perlindungan khusus dari leyak dan penari Pandung juga perlu mejalani upacara penyucian sebelum pertunjukan. Pada puncak pertempuran, Pandung berusaha membunuh Rangda, tetapi gagal karena kekuatan magis topeng Rangda dan penari yang memakainya.

Pada tahun 1931, Antonin Artaud, seorang dramawan terkemuka Prancis sempat sangat terpesona dengan drama tari Calonarang. Karena ketika itu, Artaud dan para pekerja seni pertunjukkan di Eropa sempat digemparkan pementasan Calonarang oleh para seniman Bali yang dipimpin oleh Cokorda Gede Raka Sukawati di arena Paris Colonial Exhibition. Sampai-sampai karya Artaud seperti No More Master Sieces dan The Theatre and Palgue dikenal kental bernuansa drama tari Calonarang. Meskipun zaman telah berubah, akan tetapi pertunjukkan drama tari Calonarang masih tetap menjadi pertunjukkan hiburan yang sangat disukai wisatawan.

Definisi Teater Tradisional Calonarang

Calonarang adalah merupakan sebuah dramatari yang identik dengan drama ilmu sihir, ilmu hitam, maupun ilmu putih yang dikenal dengan Pangiwa / Pangleyakan dan Panengen yang dibentuk dari perpaduan unsur Pagambuhan, Pearjaan dan Bebarongan. Pada umumnya lakon yang ditampilkan berakar dari cerita Calonarang, sebuah cerita semi sejarah dari zaman pemerintahan raja Airlangga di Kahuripan (Jawa Timur) pada abad ke IX.

Fungsi Teater Tradisional Calonarang

  1. Sebagai pedoman upacara penyucian (ruwetan) atau acara pengusir mala petaka.
  2. Sebagai hiburan, bagi masyarakat dikarenakan di dalamnya terdapat berbagaimacam pesan sosial akan kehidupan.

Unsur-unsur teater tradisional Calonarang

  1. Babarongan yang diwakili Barong Ket, Rangda dan Celuluk;
  2. Unsur Pagambuhan diwakili oleh Condong, Putri, Patih Manis (Panji) dan Patih Keras (Pandu); dan
  3. Unsur Palegongan yang diwakili oleh Sisiya-sisiya (Murid). Pertunjukan ini biasanya ditampilkkan oleh seorang Balian (Dukun) yang memiliki kesaktian tinggi. 

Inti dari pertunjukkan ini adalah memanggil leak disekitar tempat pertunjukan untuk diadu kekuatannya. Jika Balian kalah, maka Balian tersebut akan mati, namun jika Balian tersebut menang maka kemampuannya akan diakui oleh orang lain. Pertunjukan ini dimulai pada tengah malam dan penonton yang menyaksikan dilarang meninggalkan tempat pertunjukan hingga pertunjukan selesai, karena jika nekat meninggalkan tempat pertunjukan maka orang tersebut akan diganggu oleh leak.

Sumber
http://www.academia.edu/8723815/Teater_Tradisional_Bali

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan2

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel