ASAL MULA MUNCULNYA AGAMA KRISTEN

ASAL MULA MUNCULNYA AGAMA KRISTEN
Ada beberapa pendapat yang berbeda: Pertama, mengatakan bahwa agama Kristen dimulai pada saat peristiwa Pentakosta (turunnya Roh Kudus), karena pada peristiwa tersebut Tuhan memberikan Roh-Nya kepada Para Rasul atau orang percaya lainnya, yang memberi kekuatan dan kemampuan kepada mereka untuk mengabarkan Injil.
Kedua, menunjuk kepada penyebutan terhadap pengikut Kristus sebagai orang-orang Kristen di Antiokia (Kis. 15:7-21). Ketiga, ada yang menunjuk awal agama Kristen pada peristiwa Paskah/Kebangkitan Yesus, karena anggapan bahwa kebangkitan Yesus itu menjadi titik awal dari iman Kristen dan penyebarannya.

Namun demikian, karena sumber pengajaran atau tokoh yang mengajarkan agama Kristen /Injil adalah Yesus Kristus, maka tentu awal sejarah agama Kristen dapat kita tunjuk pada waktu ketika Yesus masih hidup dan berkarya, atau bahkan dapat ditunjuk pada saat kelahiran Yesus. Dengan kata lain, sejarah agama Kristen sudah dimulai sejak Yesus ada di dunia dan melakukan karya penyelamatan-Nya.

Di dalam masa pelayanan Yesus, kita tahu bahwa Yesus merupakan Allah yang menjadi manusia dengan tujuan untuk menyelamatkan manusia. Dengan tugas ini maka Yesus mulai mengajarkan kabar suka cita atau keselamatan itu, melalui khotbah-khotbah-Nya, juga melakui mujizat-mujizat dan melalui pemanggilan para murid atau pemuridan. Ketika Yesus berkarya kemudian dilanjutkan oleh murid-murid-Nya, sudah banyak orang yang menjadi pengikut Kristus. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah sebagaimana yang dilakukan dalam agama Kristen, yaitu bersekutu (koinonia), memberitakan firman (marturia), melayani orang-orang (diakonia).

Kehidupan umat Kristen pada abad ke-1 – ke-2, melanjutkan cara ketika bersama Yesus, yaitu mereka berkumpul lalu membicarakan firman Tuhan, menyampaikan puji-pujian dan makan bersama. Ibadah atau persekutuan ini, umumnya dilakukan di rumah-rumah atau di tempat-tempat yang tersembunyi, khususnya di ruang bawah tanah (goa), ketika terjadi penganiayaan atau penindasan terhadap orang Kristen (Kis 16:10; Rom 16:5, 15; 1 Kor 16:19).

Gedung gereja pertama yang dipakai orang-orang Kristen baru berdiri di Edessa, di Syria tahun 200M. Pada awal sejarah gereja, umat Kristen yang ada terdiri dari berbagai latar belakang suku bangsa. Namun yang paling menonjol dan berperan utama adalah orang-orang Kristen Yahudi. Mereka terutama tinggal di Yerusalem. Karena mereka berlatar belakang Yahudi maka mereka masih beribadah di Bait Allah dan Synagoge, serta masih mempraktekkan ajaran Hukum Taurat secara ketat (Kis 2:46; 3:1). Mereka tidak bergaul dengan masyakarat non Yahudi atau yang disebut kafir (Kis 10).

Pada masa awal itu di Yerusalem, orang-orang Kristen mengalami penghambatan, seperti difitnah, dianiaya bahkan dibunuh. Karena hal ini, mereka lalu melarikan diri dari Yerusalem dan pindah ke Samaria di bagian Utara daerah Palestina/Israel. Di sana mereka menyebarkan Injil dan banyak orang yang termasuk kafir kemudian menerima Injil (Kis 8:19-30; 10). Dengan demikian sudah terjadi penyebaran Injil ke luar daerah. Tersebarnya Injil di luar Yerusalem dan terhadap orang-orang bukan Yahudi menyebabkan masalah dalam lingkungan umat Kristen.

Masalahnya adalah orang-orang Kristen Yahudi itu hendak memaksakan pelaksanaan Hukum Taurat atau tradisi Yahudi kepada orang-orang Kristen baru dari bangsa lain. Juga dalam hal-hal tertentu, mereka tidak mau bergaul dengan orang-orang Kristen bukan Yahudi, misalnya di Anthiokia, Petrus tidak mau bersama dengan orang-orang Kristen itu (Kis 15:1-2, 7-21, Gal 2:11-14). Tetapi ketika di Yerusalem, Petrus bersedia masuk ke rumah Kornelius yang bukan Yahudi. Di pihak lain, yaitu Paulus mengajarkan bahwa kita dapat bergaul dengan sesame orang Kristen yang bukan Yahudi karena mereka adalah saudara-saudara seiman.

Mereka juga tidak harus mengikuti aturan atau adat Yahudi atau Taurat dan mereka dapat diselamatkan (Gal 5:6). Persoalan ini diselesaikan melalui sidang para pemimpin gereja sekitar tahun 48, jadi 18 tahun setelah Pentakosta (Kis 15). Di sini Paulus berhasil meyakinkan orang-orang Krsiten Yahudi bahwa orang-orang Kristen bukan Yahudi tidak harus melakukan Hukum Taurat untuk diselamatkan (Kis 15).

Dalam perkembangan kemudian, Injil tersebar secara luas dan pada tahun 175 sudah banyak daerah yang menjadi Kristen termasuk bagian Eropa Barat, yaitu sebagian Perancis dan Roma dan sebagian daerah Asia Kecil (Kis 18:24-25; Rom 16:20-24). Pusat pekabaran Injil adalah kota Anthiokia (bagian Samaria) (Kis 11:20). Tokoh utama dalam penyebaran Injil ini adalah Rasul Paulus.

Di bagian Timur, yaitu daerah Syria dan Persia, penyebaran agama Kristen dilakukan oleh orang-orang Kristen Yahudi. Pada tahun 179 Raja Edessa, salah satu kerajaan di daerah Timur itu masuk Kristen. Agama Kristen manjadi agama Negara dan kerajaan Edessa menjadi kerajaan Kristen yang pertama. (End, 24). Penyebaran Kristen juga mengarah ke Selatan, yaitu ke Mesir dan ke Arabia, khususnya Yaman. Pada tahun 150 sudah ada banyak orang Kristen di daerah tersebut. Pada tahun 180M, agama Kristen sudah tersebar di banyak tempat dengan daerah yang luas, yaitu di Eropa bagian Selatan, Perancis dan Itali sekarang, Arabia Selatan dan Persia.

Di abad-abad pertama perkembangannya, agama Kristen mengalami pergumulan tentang pokok ajarannya, khususnya mengenai Yesus; siapakah Dia sebenarnya; apakah Tuhan atau manusia; Anak Allah atau anak manusia. Jadi persoalan ini menyangkut Kristologi. Bersamaan dengan masalah Kristologi ini, muncul juga masalah hubungan antara Allah, Yesus dan Roh Kudus, yang kemudian dikenal dengan masalah Trinitas. Soal-soal ini kemudian diselesaikan oleh umat atau pemimpin-pemimpin Kristen melalui perumusan pokok-pokok ajaran atau pengakuan iman, seperti Pengakuan Iman Rasuli (sekitar abad 2 M) dan melalui sidang-sidang atau konsili, seperti Konsili Nicea (325M) dan Konstantinopel (381M), yang menghasilkan rumusan pengakuan iman, yaitu Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel.

Sementara bergumul dengan masalah ajaran seperti tersebut di atas, orang Kristen mengalami penghambatan atau penganiayaan, baik dari rakyat maupun pemerintah. Penghambatan terutama terjadi karena orang-orang Kristen memiliki kehidupan yang berbeda dengan masyarakat. Mereka menjadi eksklusif dengan tidak mengikuti kebiasaan masyarakat.  Misalnya mereka tidak mau menonton pertandingan antara binatang buas dengan manusia; tidak mau menonton drama-drama yang menunjukkan ketidak-sopanan; tidak masuk dan memberikan persembahan kepada dewa-dewa di kuil; dan tidak mengikuti upacara kenegaraan dan tidak menyembah dewa-dewa atau kaisar yang disembah oleh masyarakat. (End, 53).

Karena itu, orang Krsiten dicurigai dan difitnah sebagai pelaku ajaan sesat. Misalnya mereka difitnah melakukan pembunuhan anak-anak kecil untuk dikorbankan kepada dewa mereka (karena ada ajaran tentang pengorbanan Anak manusia atau Anak Domba Allah, yaitu dalam diri Yesus); juga mereka difitnah membunuh manusia dan dagingnya dimakan dan darahnya diminum bersama dalam perjamuan (karena ada ajaran tentang makan roti dan minum anggur sebagai symbol tubuh dan darah Yesus yang dikorbankan untuk menebus dosa); juga mereka difitnah akan memberontak di bawah pimpinan seorang raja yang akan datang dan menciptakan kerajaan baru (karena ada ajarang tentang Yesus yang datang sebagai Raja dan membawa Kerajaan yang baru, yaitu Kerajaan Sorga). Dengan tuduhan dan fitnah itu, banyak orang Kristen dianiaya dan dibunuh, baik oleh rakyat maupun oleh pemerintah.

Kaisar pertama yang terkenal menganiaya umat Kristen adalah Kaisar Nero, yang pada tahun 64 menuduh orang-orang Krsiten yang membakar kota Roma, kemudian menganiaya orang-orang Kristen. Padahal dia sendiri yang membakar kota itu. Diduga bahwa Rasul Petrus dibunuh pada masa penganiayaan ini. Tokoh-tokoh Kristen lain yang dibunuh pada masa penganiayan ini adalah Ignatius (Uskup Anthiokia di Syria), Policarpus (Uskup Smirna di Asia Kecil) dan Blandina (budak dari kota Lyon di Perancis). Penindasan yang dialami orang-orang Kristen, tidak membuat mereka meinggalkan agama Kristen. Bahkan penindasan itu membuat banyak orang bukan Kristen bersimpati dan kemudian menjadi Kristen.

Dengan demikian umat Kristen semakin bertambah banyak. Pada akhir abad ke-2, umat Kristen mulai diberi kebebasan (End, 55). Mulai pada awal abad ke-3, penyebaran agama Kristen semakin luas melingkupi seluruh wilayah Romawi, Persia bahkan sebagian India. Namun penghambatan dimulai lagi secara intensif, yang dilakaukan oleh penguasa, yaitu Kaisar Desius (250 ) dan Kaisar Diocletianus (th 300). Di jaman Kaisar Desius, orang Kristen dihambat karena  mereka tidak mau mempersembahkan korban kepada para dewa, yang disembah oleh kaisar. Di sini mereka dituduh sebagai penghianat karena tidak mengikuti perintah kaisar. Setelah penghambatan kaisar Desius ini, umat Kristen mengalami perkembangan yang baik. Mereka diberikan kesempatan untuk menyebarkan agama Kristen dan di dalam perintahan ada menduduki jabatan-jabatan penting.

Namun, di masa Kaisar Diocletianus, penganiayaan terhadap orang Kristen berlangsung lagi bahkan semakin dahsyat. Orang-orang Kristen dipecat dari pekerjaan dan jabatan mereka, gedung-gedung gereja dibakar, uskup-uskup dibunuh. Perubahan besar terjadi bagi umat Kristen ketika Kaisar Konstantinus Agung memerintah. Dia berpikir bahwa menganiaya orang Kristen bukan hal yanag baik bagi Negara. Justru ajaran tentang persaudaraan dan persatuan dalam agama Kristen penting bagi kesatuan dan kekuatan Negara.

Oleh karena itu, ia bersimpati dan melindungi orang Kristen. Ia mengeluarkan keputusan Milano (th313), yang berisi: pertama, gereja diberikan kebebasan penuh untuk beraktivitas; kedua, milik gereja yang dirampas nergara dikembalikan, bahkan pemerintah memberikan fasiltas untuk membangun gedung-gedung gereja yang dirusak; hari Minggu dijadikan sebagai hari ibadah resmi. Kaisar ini kemudian masuk Kristen. Setelah itu agama Kristen menjadi agama Negara, khususnya ketika Kaisar Thoedosius (th 380) memerintah. karena fasilitas ini, maka gereja menjadi sangat kaya dan semakin berkembang pesat dari segi jumlah dan daerah penyebarannya. Pada abad ke-5, penyebaran Kekristenan sudah meliputi daerah Asia Kecil, Eropa Barat, Palestina dan sekitarnya, Afrika Utara, termasuk Arabia Selatan, Persia dan sebagian India.


Agama Kristen bermula dari pengajaran Yesus Kristus sebagai tokoh utama agama ini. Yesus lahir di kota Betlehem yang terletak di Palestina sekitar tahun 4-8 SM, pada masa kekuasaan raja Herodes. Yesus lahir dari rahim seorang wanita perawan, Maria, yang dikandung oleh Roh Kudus. Sejak usia tiga puluh tahun, selama tiga tahun Yesus berkhotbah dan berbuat mukjizat pada banyak orang, bersama keduabelas rasulnya. Yesus yang semakin populer dibenci oleh orang-orang Farisi, yang kemudian berkomplot untuk menyalibkan Yesus. Yesus wafat di salib pada usia 33 tahun dan bangkit dari kubur pada hari yang ketiga setelah kematiannya. Setelah kebangkitannya, Yesus masih tinggal di dunia sekitar empat puluh hari lamanya, sebelum kemudian naik ke surga.
Gereja mula-mula
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Gereja perdana
Setelah naiknya Yesus Kristus ke surga, rasul-rasul mulai menyebarkan ajaran Yesus ke mana-mana, dan sebagai hasilnya, jemaat pertama Kristen, sejumlah sekitar tiga ribu orang, dibaptis. Namun, pada masa-masa awal berdirinya, agama Kristen cenderung dianggap sebagai ancaman hingga terus-menerus dikejar dan dianiaya oleh pemerintah Romawi saat itu. Banyak bapa Gereja yang menjadi korban kekezaman kekaisaran Romawi dengan menjadi martir, yaitu rela disiksa maupun dihukum mati demi mempertahankan imannya, salah satu contohnya adalah Ignatius dari Antiokia yang dihukum mati dengan dijadikan makanan singa.
Saat itu, kepercayaan yang berkembang di Romawi adalah paganisme, di mana terdapat konsep ‘balas jasa langsung’. Namun dengan gencarnya para rasul menyebarkan ajaran Kristen, perlahan agama ini mulai berkembang jumlahnya, sehingga pemerintah Romawi semakin terancam oleh keberadaan agama Kristen. Romawi pun berusaha menekan, dan bahkan melarang agama Kristen, karena umat Kristen saat itu tidak mau menyembah Kaisar, dan hal ini menyulitkan kekuasaan Romawi. Selain itu, paganisme dan ramalan-ramalan yang sejak zaman Republik sudah dipakai sebagai alat-alat propaganda dan pembenaran segala tingkah laku penguasa atau alasan kegagalan penguasa, sudah tidak efektif lagi dengan keberadaan agama Kristen. Maka, pada masa-masa ini, banyak umat Kristen yang dibunuh sebagai usaha pemerintah Romawi untuk menumpas agama Kristen. Penyebar utama agama Kristen pada masa itu adalah Rasul Paulus, yang paling gencar menyebarkan ajaran Kristen ke berbagai pelosok dunia.
Masa kegelapan
Pada masa inilah, datang masa-masa kegelapan (192-284), mulai dari Kaisar Commodus hingga Kaisar Diocletian. Pada masa inilah orang-orang masa itu kehilangan kepercayaan terhadap konsep balas jasa langsung yang dianut di Paganisme, sehingga agama Kristen pun semakin diminati. Hingga akhirnya pada tahun 313, Kaisar Konstantinus melegalkan agama Kristen dan bahkan minta untuk dipermandikan, dan 80 tahun setelahnya, Kaisar Theodosius melarang segala bentuk paganisme dan menetapkan agama Kristen sebagai agama negara.
Sebagai agama resmi negara Kekristenan menyebar dengan sangat cepat. Namun Gereja juga mulai terpecah-pecah dengan munculnya berbagai aliran (bidaah). Salah satu upaya untuk menekan bidaah adalah dengan diadakannya Konsili Nicea yang pertama pada tahun 325 M. Konsili Nicea mencetuskan pengakuan iman umat Kristen keseluruhan pertama kali, sebagai tanda persatuan Kristen universal yang dibedakan dari umat-umat Kristen yang bidaah. Salah satu contohnya adalah bidaah Arianisme, yang merupakan salah satu krisis bidaah terbesar saat itu yang menjadi alasan utama diadakannya Konsili Nicea yang pertama.
Ketika Kerajaan Romawi runtuh dan tercerai-berai, Gereja Kristen tetap bertahan. Pada abad ke-11 terjadilah Perang Salib, di mana kekezaman prajurit perang salib menjadi sejarah kelam Kristen yang hingga kini masih banyak disesali. Perang Salib adalah perang agama antara Kristen dan Islam. Dicetuskan pertama kali oleh Paus Urbanus II, Perang Salib I bertujuan merebut kembali kota suci Yerusalem dari kekuasaan Islam, yang merupakan tempat penting umat Kristen sebagai tujuan ziarah saat itu.
Sementara itu, bagian timur dari Kerajaan Romawi, bertahan sebagai Gereja yang disebut Yunani atau Ortodoks, yang mewartakan kabar gembira di Rusia dan memisahkan diri dari belahan barat yang berada di bawah pimpinan Gereja Roma. Pemisahan ini terjadi pada tahun 1054.
Sementara itu, pada tahun 1460 penemuan percetakan oleh Gutenberg membuat Kitab Suci terjangkau bagi semua orang. Sebelumnya, Kitab Suci dibatasi oleh Gereja kepada umat dengan tujuan untuk menekan bidaah yang merupakan salah satu krisis besar dalam tubuh Gereja saat itu. Kitab Suci hanya dibacakan di Gereja dan menjadi sumber kotbah.
Saat itu, banyak pihak-pihak tidak bertanggungjawab memanfaatkan kedudukan di dalam Gereja Barat (Katolik) sebagai sumber kekuasaan, sehingga secara tidak langsung mencoreng nama baik Gereja. Pejabat-pejabat tinggi di dalam Gereja semakin terpengaruh untuk mementingkan kepentingan duniawi sehingga semakin menyeleweng dari ajaran dasar Gereja Katolik. Banyak oknum yang menduduki posisi penting di dalam Gereja menggunakan kekuasaannya secara semena-mena sehingga merugikan banyak umat saat itu. Hal ini membuat banyak umat Kristen kecewa dan memprotes serta menuntut pembaharuan. Banyak umat yang berpikir bahwa salah satu cara mendatangkan pembaharuan di dalam Gereja ialah dengan memberikan Kitab Suci kepada semua orang.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan2

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel